Selasa, 21 Februari 2017

Hemodialisis


Hemodialisis (Cuci Darah)

Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ” artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’. Saat ini cuci darah identik dengan proses medis untuk menghilangkan kelebihan kotoran dan air di dalam darah. Dalam proses alami, ginjal adalah organ yang bertanggung jawab dalam melakukan hal ini.
cuci darah untuk mengatasi gagal ginjal - alodokter


Kenapa Membutuhkan Cuci Darah?
Penyaringan darah adalah tugas ginjal. Pada penderita penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal, fungsi ginjal ini tidak dapat dilakukan secara optimal.Karena ginjal gagal untuk melakukan pembersihan, terjadilah penumpukan limbah dan cairan pada darah. Kondisi ini berisiko membahayakan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Seseorang yang kehilangan fungsi ginjalnya antara 85-90 persen wajib melakukan cuci darah agar terhindar dari beragam komplikasi yang fatal.Tentu saja dibutuhkan penilaian dari dokter dan serangkaian tes medis untuk menentukan mengenai wajib atau tidaknya seseorang melakukan cuci darah. Level kreatinin dan ureum pada darah adalah dua hal yang akan dijadikan tolok ukur keputusan dokter. Demikian juga pemeriksaan urine.  “Creatinine clearance” pada urine sebagai tolak ukur untuk memeriksa kecepatan ginjal menyaring darah. Normalnya  adalah 90-110 militer per menit. Jika kecepatan proses pembersihan kreatinin menurun sekitar 10-12cc/menit, maka orang tersebut wajib menjalani dialisis atau cuci darah.Meski begitu, ada indikator lain yang mewajibkan pasien melakukan cuci darah meski Creatinine Clearance masih di atas angka minimal. Indikator tersebut adalah kemampuan tubuh pasien dalam mengatasi masalah kelebihan air, keluhan seputar jantung, pernapasan, perut, atau kebas di kaki.
Metode Cuci Darah
Dalam melakukan proses cuci darah, ada dua metode yang bisa dipilih pasien, yaitu hemodialisis atau peritoneal dialisis.
Hemodialisis
Jenis cuci darah hemodialisis adalah yang paling banyak dikenal orang. Jika seseorang memakai prosedur ini, dia akan melakukannya tiga kali seminggu.Proses cuci darah dengan hemodialisis menggunakan dua selang yang dipisahkan oleh mesin penyaring. Selang pertama akan mengalirkan darah dari tubuh pasien melalui jarum menuju mesin penyaring. Dari mesin penyaring, darah akan menuju selang lain yang kemudian akan diteruskan ke dalam tubuh pasien.Proses ini biasanya menghabiskan waktu sekitar empat jam dan hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Efek samping yang biasanya muncul akibat hemodialisis adalah kulit gatal dan kram pada otot.
Peritoneal dialisis
Metode ini tidak memakai mesin penyaring sebagaimana metode hemodialisis. Adalah peritoneum yang merupakan lapisan dalam dari perut yang digunakan sebagai penyaring. Peritoneum memiliki ribuan pembuluh darah kecil yang bisa berfungsi selayaknya ginjal.Pasien akan mendapatkan sayatan kecil di dekat pusar untuk jalan masuk kateter. Kateter ini akan ditinggal di dalam rongga perut secara permanen. Fungsinya adalah memasukkan cairan dialisat, yaitu cairan yang mengandung gula tinggi untuk menarik zat sampah dan kelebihan cairan dari pembuluh darah sekitar, ke dalam rongga perut. Pasien akan merasakan perut penuh selama proses ini. Setelah proses ini selesai,  cairan dialisat yang sudah mengandung zat sisa dan cairan ini dialirkan ke kantong khusus yang akhirnya dibuang. Lalu diganti dengan cairan segar.Keuntungan proses cuci darah dengan metode ini adalah bisa dilakukan di rumah kapan saja dan biasanya dilakukan saat pasien sedang tidur. Sayangnya, metode ini harus dilakukan empat kali tiap hari dan memakan waktu sekitar 30 menit. Peronitis alias infeksi peritoneum yang mengelilingi rongga perut mungkin terjadi akibat metode ini. Kenaikan badan karena cairan dialisat yang mengandung kadar gula cukup tinggi, atau munculnya hernia karena berat cairan di dalam rongga perut, ini semua merupakan faktor risiko yang harus pasien pertimbangkan sebelum memutuskan.
Apakah Proses Cuci Darah akan Mengganggu Aktivitas Pasien?
Meski cuci darah tidak menyebabkan pasien yang melakukannya merasa kesakitan atau tidak nyaman, beberapa dari mereka mungkin akan mengalami sakit kepala, mual, muntah, kram, dan penurunan tekanan darah. Beberapa hal yang sering dirasakan pasien cuci darah adalah mudah lelah, depresi, dan merasa minim waktu untuk melakukan berbagai aktivitas.Meski hal-hal di atas mungkin bisa dirasakan, sejatinya cuci darah tidak mengganggu aktivitas pasien. Buktinya banyak pasien yang melakukan cuci darah, namun tetap memiliki kualitas hidup yang baik. Mereka masih bisa bekerja atau melanjutkan sekolah. Cuci darah juga bukan halangan untuk melakukan berbagai aktivitas berenang, berolahraga, mengemudi, atau bahkan berlibur.Proses dialisis adalah bentuk pertolongan terhadap kerusakan organ ginjal. Fungsi ginjal untuk menyaring darah seluruh tubuh inilah yang membuat ginjal merupakan salah satu organ vital. Maka dari itu, jagalah kesehatan ginjal Anda. Perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk menjaga tekanan darah di ginjal yang penting dalam proses penyaringan. Selain itu batasi pula konsumsi garam.
Cara Kerja 
  mesin Hemodialisis
Pada hemodialisis darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam sebuah mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di antara pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan dipompa ke dalam mesin dialisis. Untuk mencegah pembekuan darah selama proses pencucian, maka diberikan obat antibeku yaitu Heparin.Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang bernama dialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal. Pada dialiser terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan.Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada kompartemen lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu cairan yang memiliki komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal. Kedua kompartemen dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah dapat berpindah melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi peristiwa difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang telah tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialisat yang menjadi kotor karena mengandung zat racun dan sampah, lalu dialirkan keluar ke penampungan dialisat.Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari bagian pekat ke bagian yang lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada perbedaan kadar zat terlarut dalam darah dan dalam dialisat. Dialisat berisi komponen seperti larutan garam dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Jika tubuh kekurangan zat tersebut saat proses hemodialisis, maka difusi zat-zat tersebut akan terjadi dari dialisat ke darah.Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang lebih tinggi dari dialisat memaksa air melewati selaput semipermeabel. Air mempunyai molekul sangat kecil sehingga pergerakan air melewati selaput diikuti juga oleh zat sampah dengan molekul kecil.Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan dalam dialiser selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk menyaring seluruh darah dalam tubuh. Tapi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan selama seminggu, jadi 3 - 5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga pada tingkat kerusakan ginjalnya.

Sumber : http://www.alodokter.com/cuci-darah-untuk-mengatasi-gagal-ginjal
https://id.wikipedia.org/wiki/Hemodialisis



Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=7DBGAL51OwM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar